Kamis, 09 Juni 2011

Resensi Novel Menjemput Risalah-Mu


Novel yang berjudul Menjemput Risalah-Mu ini mengangkat topik tentang pencarian jatidiri.  Didalam novel remaja banyak sekali yang mengangkat topik pencarian jatidiri. Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan, apakah masa-masa remaja itu selalu terkait tentang  pencarian jatidiri? Dan mengapa tema yang ditampilkan oleh para penulis itu tidak bisa lepas dari percintaan?
            Seperti yang sudah saya jelaskan pada bab I pada pendahuluan diatas, bahwa topik yang disajikan adalah tentang pencarian jati diri. Remaja itu tidak lepas dari pencarian jatidiri. Remaja biasanya memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Ketika mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi para remaja biasanya memerlukan buku bacaan yang mengangkat tentang pengetahuan yang ingin ia ketahui atau juga sebuah buku yang didalamnya menceritakan tentang apa yang sedang remaja itu rasakan.
            Mengenai tema yang diangkat adalah tentang kehidupan yang bertolak belakang dengan prinsip ajaran agama yang telah ia dapatkan, baik ilmu itu tersirat maupun tersurat. Di dalam novel Menjemput Risalah-Mu ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Salsa yang bekerja sebagai reporter di multiplus, sebuah rumah produksi yang memuat acara infotaiment. Karena pekerjaannya sebagai reporter itulah suatu hari Salsa ditugaskan memburu ceriata tentang Larasati, seorang artis tenar yang foto-foto mesumnya baru saja beredar.
Dalam sebuah kesempatan wawancara, Larasati mengecam Salas sebagai orang usil yang mengumbar aib orang. Tak dinyana, kejadian yang mengejutkan itu ternyata menjadi titik balik bagi kehidupan Salsa. Sebagai seorang muslimah, kenapa pula Salsa gemar mengungkit-ungkit aib orang?  Pertanyaan Larasati dengan nada marah itu mengguncangkan nurani Salsa. Apakah jalan yang selama ini Salsa tempuh keliru?
Apakah pekerjaan yang sangat Salsa citi-citakan dan dengan susah payah Salsa dapatkan ini harus ia tinggalkan begitu saja? Salsa terus bertanya-tanya dalam hati. Selain itu pekerjaan Salsa membuatnya bersinggungan dengan kehidupan hedonis Jakarta. Dengan dalih profesionalisme, perlahan-lahan Salsa mulai terbiasa menghabiskan malam di kafe dan diskotek. Apakah kehidupan itu yang ia cari selama ini?
Sebelum akhirnya Salsa menjadi seorang reporter ia adalah seorang siswi SMU disalah satu sekolah di Bandung. Ketika SD dulu Salsa bercita-cita menjadi detektif namun itu hanyalah keingin sesaat saja, ketika Salsa masih menjadi penggemar berat karya-karya klasik Enid Bliton dan Alfled Hitchcock.
Sekarang Salsa sudah duduk di bangku kelas 3 IPS cita-cita Salsa sekarang adalah menjadi wartawan. Salsa adalah sosok orang yang periang dan terkesan tidak pernah murung. Karena Salsa sangat bersemangat untuk menjadi seorang wartawan maka Salsa tidak pernah sekalipun tertinggal berita infotaiment terbaru, jadi anak-anak dikelasnya yang ingin tahu perkembangan artis-artis idola mereka dan mereka tidak sempat melihat televisi maka mereka bisa langsung bertanya pada Salsa.
Salsa tak ubahnya remaja-remaja kebanyakan. Menikmati musik dan film. Menjadi penikmat dunia hiburan dengan segala kegemerlapannya. Kegemaran Salsa pada musik dan film mendorongnya mendatangi beberapa statun radio di Bandung. Untuk apalagi kalau bukan untuk melamar menjadi penyiar atau reporter. Akan tetapi jawabannya selalu sama “kalau sudah lulu SMU, datang lagi yah, dik!”. Hal ini sangat membosankan akan tetapi Salsa tidak pernah merasa pesimis dan diapun tidak lantas berkecil hati walaupun selalu ditolak walaupun secara halus. Hal ini dibuktikan dengan selalu berusaha untuk merasa puas. Untuk sementara ini Salsa menjadi koresponden majalah SMART.
Nadira adalah sahabat yang terbaik menurut Salsa. Mereka berdua adalah teman dari mulai dari SD hingga bangku SMA. Nadira biasa menjuluki Salsa dengan sebutan miss repot. Waktupun terus berjalan seiring datangnya hari. Akhirnya Salsa dan Nadira telah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas merekapun akhirnya lulus dalam ujian. Karena kondisi ekonomi keluarga Nadira tidak sebaik kondisi ekonomi Salsa akhirnya Nadira memutuskan untuk bekerja dibutik, hal ini cukup disayangkan oleh Salsa dan begitu pula Nadira, tapi apa boleh buat, Nadira harus mengorbankan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya.
Salsa akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di ibu kota Indonesia yaitu Jakarta. Di jakarta inilah Salsa mulai menerbangkan sayapnya menjadi seorang reporter. karena pekerjaan inilah kuliah Salsa menjadi terbengkalai. Tidak jarang Salsa hanya menitipkan absen dan recorder untuk merekam apa yang telah disampaikan oleh dosen. Karena terlalu sering absen  Salsa yang bolong maka Salsa harus menggantinya dengan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan sebagai suatu dispensasi kepada Salsa untuk bisa mengikuti ujian.
Setelah begitu banyak pengorbanan, rintangan, dan hambatan yang telah dilalui Salsa untuk menjadi seorang reporter haruskah sekarang Salsa begitu saja meninggalkannya. Setelah kejadiaan yang mengejutkan pada sebuah kesempatan wawancara yang ternyata Salsa merasa mendaparkan sebuah teguran. Salsa bingung sudah berapa banyak saudara yang dibuka aibnya oleh Salsa, sementara Salsa tahu bahwa itu termasuk gibah. Akan tetapi selama ini Salsa selalu berdalih bahwa ini adalah sebuah profesionalisme di dalam sebuah tanggung jawabnya menjadi seorang reporeter dalam sebuah rumah produksi yang memuat acara infotaiment.
Disini sudut pandang yang dipakai oleh penulis adalah sudut pandang akuan. Dan mengapa penulis mengangkat tema ini? Menurut saya penulis itu ingin menyampaikan pesan dan amanat yang terdapat dalam sebuah hasil karya sastra yang telah ia selesaikan. Tema yang diceritakan di dalam novel yang berjudul Menjemput Risalah-mu ini adalah kehidupan nyata yang dimana terjadi suatu ketidak terpaduan antara kehidupan jasmani dan kehidupan rohani yang diperankan kepada tokoh Salsa dalam cerita ini.
Jika dilihat dari kronologisnya alurnya itu sedang, artinya alur itu berjalan sesuia dengan mestinya, tidak terlalu lambat.
                                                                                    Penokohannya intens

 



 Jika dilihat dari sudut pengarangnya itu sendiri, pengarang mencoba menampilkan gaya hidup seoarang reporter yang harus berteman dengan dunia malam. Dan hali ini bukanlah sebuah fiksi. Penulis atau pengarang tidak perlu berkhayal apalagi berbohong jika ia akan membuaat karya fiksi. Menurut saya isi cerita yang ditampilkan olehTriani Retno A saya yakin delapan puluh persen (80%) termasuk karya satra yang berbentuk fiksi.
Mengenai alurnya menurut saya termasuk kepada alur linier atau alurnya maju dan ada hubungan sebab akibat di dalamnya. Sedangkan latar dari sebuah kota Bandung itu sendiri cukup ditampilkan dalam novel ini. Misalnya saja toko sepatu Cibaduyut, Dago dan masih banyak yang lainnya. Salah satu penyebab pertanyaan mengapa harus ada masalah genre remaja? Pertanyaan seperti ini bisa kita jawab karena genre ini yang menyambungkan antara sipembaca dan sipenulis. Cerita remaja itu memiliki tiga unsur diantaranya adalah pantangan artinya kita harus memberi tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, kedua gaya bahasanya langsung dan yang ketiga terapan, artinya didalam sebuah karya yang kita baca tersebut ada nilai-nilai yang bisa langsung diikuti oleh remaja tersebut.
Oleh karena itu pulalah dunia remaja itu adalah masa-masanya mereka banyak ingin mengetahui hal-hal yang tidak mereka ketahui. Karena  remaj itu berada ditengah-tengah antara anak dan dewasa.
                                                Dewasa
 


                                                                                    Remaja
                                                                                               
                                                                                               
                                                                                                Anak
                Gaya bahasa yang digukan adalah bahasa yang komunikasi sehari-hari. Walaupun demikian gaya bahasa tidak lepas dari latar. Latar pada novel ini adalah Bandung dan walaupun hanya sedikit bahasa atau kalimat yang dimasukan dalam novel ini penulis tidak melupan latar itu, sehinngga pada halaman 2 disitu cukup kental logat sunda yang berasal dari Bandung yang  tutur bahasanya cukup lemah lembut yang bisa membius hati para waita Jakarta apabila pria Bandung sudah berkata. Ini hanya sedikit tambahan dari saya.
            Amanat yang ingin disampaikan oleh sipenulis adalah agar kita dapat mengambil jalan yang terbaik, artinya kita dapat menentukan mana yang baik untuk kita dan mana yang tidak baik. sedangkan pesan yang ingindisampaikan oleh disampaikan oleh penulis adalah ketika kita benar-benar yakin atas apa yang kita telah laukkan itu baik dan kita melaksanakannya dan ketika kita berbuat suatu kesalahan atas apa yang telah kita lakukan maka kita harus mempertanggung jawabkan apa yang telah kita perbuat tersebut.
            Seperti yang telah digambarkan pada novel yang berjudul Menjemput Risalahm-Mu kita tidak akan mengetahui apakah jalan yang kita tempuh itu suatu jalan yang benar ataukah malah jalan yang keliru, jika kita belum melakukan atau belum pernah berjalan. Dan kita tidaka akan mengetahui kehidupan seperti apa yang ingin kita cari, jika kita tidak pernah berani untuk menjalani kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar