Senin, 13 Juni 2011

Filologi


STUDI FILOLOGI
Kata filologi berasal dari bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata dari philos yang berarti ‘teman’ dan logos yang berarti ‘pembicaraan’ atau ‘ilmu’. Dalam bahasa Yunani philologia berarti ‘senang berbicara’ yang kemudian berkembang menjadi ‘senang belajar’, ‘senang kepada ilmu’, ‘senang kepada tulisan-tulisan’, dan kemudian ‘senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi’ seperti karya-karya sastra.
Filologi merupakan satu disiplin yang diperlukan untuk satu upaya yang dilakukan terhadap peninggalan tulisan masa lampau dalam rangka kerja menggali nilai-nilai masa lampau. Kata filologi mulai dipakai pada kira-kira abad kke 3 SM oleh sekelompok ahli dari Iskandariyah, yaitu menyebut keahlian yang diperlukan untuk mengkaji peningggalan tulisan yang berasal dari kurun waktu beratus-ratus tahun sebelumnya. Ahli dari Iskandariyah yang pertama kali melontarkan istilah ‘filologi’bernama Eratosthenes.
Filologi selama ini dikenal sebagai ilmu yang berhubungan dengan karya masa lampau yang berupa tulisan. Karya-karya tulisan masa lampau merupakan peninggalan yang mampu menginformasikan buah pikiran, buah perasaan dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang pernah ada. Untuk membaca karya-karya masa lampau yang banyak ditemukan sebuah kemungkinan-kemungkinan ada kerusakan bacaan, kerusakan bahan, dan munculnya sebuah variasi pada teks maka diperlukan ilmu yang mampu menyiangi kesulitan-kesulitan akibat kondisi sebagai produk masa lampau. Dalam hal seperti inilah ilmu filologi itu diperlukan.
Dapat diketahui bahwa lahirnya filologi dilatar belakangi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.      Munculnya informasi tentang masa lampau di dalam sejumlah karya tulisan.
2.      Anggapan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam peninggalan tulisan masa lampau yang dipandang masih relevan dengan kehidupan masa sekarang.
3.      Kondisi fisik dan substansi  materi informasi akibat rentang waktu yang panjang.
4.      Faktor sosial budaya yang melatar belakangi penciptaan karya-karya tulisan masa lampau yang tidak ada lagi atau tidak sama dengan latar sosial budaya pembacanya masa kini.
5.      Keperluan untuk mendapatkan hasil pemahaman yang akurat.
Jadi filologi merupakan disiplin ilmu yang tergolong dalam ilmu-ilmu kemanusiaan atau ilmu humaniora.
Macam-macam pengertian dalam sejarah perkembangannya, yaitu:
1.      Filologi sebagai ilmu tentang pengetahuan yang pernah ada
Apabila informasi yang terkandung dalam karya-karya tulisan mempunyai cakupan informasi yang luas, menjangkau berbagai segi kehidupan masa lampau, maka pengetahuan yang dipandang mampu mengangkat informasi yang luas dan menyeluruh itu dipahami sebagai kkunci pembuka pengetahuaan. Philip August Boekh mengemukakan bahwa filologi memperoleh arti pengetahuan tentang segala sesuatu yang pernah diketahui seseorang. Peninggalan penulisan masa lampau disebut sebagai pnitu gerbang untuk mengungkapkan khasanah masa lampau. Filologi disebut juga sebagai pelage de savoir.
2.      Filologi sebagai ilmu bahasa
Lapisan awal dari karya tulisan masa lampau berupa bahasa. Pengetahuan kebahasaan secara luas diperlukan untuk memiliki bekal pengetahuan tentang bahasa yang dipakai dalam bahasa tulisan lama tersebut. Dalam konsep ini filologi dipandang sebagai ilmu dan studi bahasa ilmiah.
3.      Filologi sebagai ilmu sastra tinggi
Karya-karya masa lampau yang didekati dengan filologi berupa karya-karya yang mempunyai nilai yangt tinggi dimasyarakat. Karya-karya tersebut dipandang sebagai karya-karya satra ‘adiluhung’.

4.      Filologi sebagai studi teks
Lahirnya wujud teks yang bervariasi karena dalam penyalinan naskah teks senantiasa mengalami perubahan. Secara sengaja atau tidak sengaja penurunan yang dilakukan manusia penyalin akan menimbulkan bentuk penyalinan yang tidak setia. Adanya variasi-variasi untuk suatu informasi masa lampau yang terkandung dalam naskah itulah yang melahirkan kerja filologi.
Peninggalan tulisan masa lampau pada saat ini dikenal dengan sebutan ‘naskah‘, menurut bahasa Arab yang berarti ‘tulisan tangan’, ‘manuskrip’ dalam bahasa latin yang berarti ‘tulisan tangan’, dan ‘kondeks’. Naskah tersimpan sejumlah informasi masa lampau yang memperlihatkan buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat kebiasaan, dan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat masa lampau.
Teks adalah sebuah informasi yang terkandung dalam naskah. Sasaran kerja dari filologi ini adalah naskah dan kodikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan naskah dan penaskahan atau ilmu tentang kondeks yaitu kata lain untuk naskah. Sedangkan objeknya adalah berupa teks, yang sering disebut juga muatan naskah. Tekstologi adalah ilmu yang berkaitan dengan teks yang tersimpan dalam naskah.
Tujuan kerja filologi dapat dirinci sebagai berikut:
1.      Tujuan Umum
a.       Mengungkapkan produk masa lampau melalui peninggalan tulisan.
b.      Mengungkapkan fungsi peninggalan tulisan pada masyarakat penerimanya, baik pada masa lampau maupun pada masa kini.
c.       Mengungkapkan nilai-nilai budaya masa lampau.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengungkapkan bentuk mula teks yang tersimpan dalam peninggalan tulisan masa lampau.
b.      Mengungkapkan sejarah perkembangan teks.
c.       Mengungkapkan sambutan masyarakat terhadap suatu teks sepanjang penerimanya.
d.      Menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh masyarakat masa kini, yaitu dalam bentuk suntingan.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan metode, yaitu:
1.      Pandangan tentang studi filologi yang dilatari oleh sikapnya terhadap variasi.
2.      Kondisi sasarran dan objek kerjanya seperti yang terlihat pada materialnya, pada sistem bahasa, sistem sastra, dan konvensionak sosial budaya.
3.      Besarnya jumlah peninggalan tulisan yang memuat teks dan bentuknya yang bermacam-macam.
4.      Kondisi bacaan yang rusak atau korup.
5.      Macam tujuan kerja.
Pengertian filologi mengikuti pengertian sebagai mana yang ada diNegeri Belanda, yaitu studi mengenai kebudayaan yang didasarkan pada bahan terteluis dengan tujuan mengungkapkan informasi masa lampau yang terkandung di dalamnya. Kerja filologi ini dilatar belakangi oleh anggapa atau harapan tentang adanya nilai-nilai hasil budaya masa lampau yang diperlukan masa kini yang terkandung dalam naskah-naskah lama.
KEDUDUKAN FILOLOGI DI ANTARA ILMU-ILMU LAIN
Ilmu-ilmu yang dipandang sebagai ilmu bantu filologi dan ilmu-ilmu yang memandang filologi sebagai ilmu bantunya, yaitu:
1.      Linguistik
2.      Pengetahuan Bahasa-bahasa yang Mempengaruhi Bahasa Teks
3.      Paleografi
4.      Ilmu Sastra
5.      Hindu, Budha, dan Islam
6.      Sejarah Kebudayaan
7.      Antropologi
Filologi sebagai ilmu bantu ilmu-ilmu lain, yaitu:
1.      Flilologi sebagai Ilmu Bantu Linguistik
2.      Filologi sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sastra
3.      Filologi sebagai Ilmu Bantu Sejarah Kebudayaan
4.      Filologi sebagai Ilmu Bantu Hukum Adat
5.      Filologi sebagai Ilmu Bantu Sejarah Perkembangan Agama
6.      Filologi sebagai Ilmu Bantu Filsafat
SEJARAH PERKEMBANGAN FILOLOGI
Dalam kehidupan masyarakat Barat, kebudayaan Yunani lama merupakan salah satu dasar pemikiran yangt sangat besar pengaruhnya.  Ilmu filologi Yunani lama merupakan ilmu yang penting untuk menyajijan kebudayaan Yunani lama, kebudayaan Yunani lama tidak hanya berpengaruh di dunia Barat, tetapi juga di bagian dunia yang lain, seperti kawasan Timur Tengah, As9an, dan Asia Tenggara, serta kawasan Nusantara. Ilmu filologi pun juga berakar pada kebudayaan Yunani kuno.
Dalam sejarahnya filologi tumbuh dan berkembang di kawasan kerajaan Yunani, yaitu di kota Iskandariyah di benua Afrika pantai utara. Dari kota ini filologi berkembang dan meluas di Eropa Daratan dan seterusnya ke bagian dunia yang lain. Awal kegiatan filologi di kota Iskandariyah dilakukan oleh bangsa Yunani pada abad ke 3 SM. Yunani berhasil membaca naskah-naskah Yunani lama, yang kira-kira ditulis pada abad ke 8 SM dalam huruf Yunani kuno.
Pada masa lampau ‘museum’ adalah sebuah bangunan  yang kini kita sebut sebagai perpustakaan. Sebenarnya museum itu adalah sebuah kuil untuk memuja 9 orang dewi Muses, dewi kesepian, dan ilmu pengetahuan dalam metologi Yunani.para penggarap naskah-naskah itu kemudian dikenal dengan ahli filologi, dan yang pertama-tama memakai istilah itu ialah Eratosthenes.
Para ahli filolohi pada waktu itu benar-benar memiliki ilmu yang luas, karena untuk memahami isi naskah itu orang harus mengenal hurufnya, bahasanya, dan ilmu yang dikandungnya. Metode taraf awal yang harus dilakukan adalah memperbaiki huruf dan bacaan, ejaan, bahasanya, tatatulisnya, kemudian menyuntingnya dalam keadaan yang mudah dibaca, bersih dari kesalahan-kesalahan.
Sesudah Iskandariyah jatuh ke dalam kekuasaan Romawi, kegiatan filologi berpindah ke Eropa Selatan, berpusat di kota Roma dan melanjutkan tradisi filologi Yunani atau meneruskan kegiatan mazhab Iskandariyah. Naskah Yunani lama tetap merupakan bahan telaah utama dan bahasa Yunani tetap digunakan. Pada abad ke 1 perkembangan tradisi Yunani berupa pembuatan resensi terhadap naskah-naskah tertentu, dan perkembangan ini berkelanjutan tinggi hingga pecahnya kerajaan Romawi pada abad ke 4 menjadi kerajaan Romawi Barat dan Romawi Timur. Peristiwa ini mempengaruhi perkembangan filologi selanjutnya.
Tradisi latin inilah yang dikembangkan di Romawi Barat, dan bahasa latin menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Sejak terjadinya kekeristenan dibenua Eropa, kegiatan filologi di Romawi Barat dilakukan juga untuk telaah naskah-naskah keagamaan  yang dilakukan oleh para pendeta. Sebagai akibatnya maka naskah-naskah Yunani ditinggalkan, bahkan kadang-kadang dipandang sebagai tulisan yang berisi pahan jahiliah dan bedrisi ilmu yang berkaitan dengan paham itu. Maka telaah teks Yunani menjadi mundur dan kandungan isinya menjadi tidak banyak dikenal lagi.
Sejak abad ke 4 teks sudah ditulis dalam bentuk buku yangdisebut codex dan menggunakan bahan dari kulit binatang. Dalam bentuk codex, naskah dapat memakai halaman hingga menjadi mudah dibaca, dan bahkan lebih tahan lama dibandingkan dengan bahan papirus. Iskandariyah menjadi pusat studi bidang filsafat Aristoteles. Scholia adalah kebiasaan menulis tafsir terhadap isi naskah pada tepi halaman.
Renaisans dimulai dari Italia pada abad ke 13, kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya, dan berakhir pada abad ke 16. Dalam arti sempit renaisans adalah periode yang di dalamnya ada kebudayaan klasik dan diambil sebagai pedoman hidup, dan dalam arti luas renaisans adalah periode yang dimana rakyat cenderung kepada dunia Yunani klasik, atau kepada aliran humanisme. kata humanisme berasal dari kata humaniora (kataYunani) atau umanista (kata latin), yang semula memiliki arti guru yang mengelola tata bahasa, retorika, puisi, dan filsafat.
Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg dari jerman pada abad ke 15 menyebabkan perkembangan baru dalam bidang filologi. Sejak itu kekeliruan yang banyak terjadi pada penyalinan teks menjadi lebih kecil, tidak seperti ketika teks disalin dengan tulisan tangan. Tumbuhnya banyak perguruan tinggi pada jaman pertengahan mempengaruhi perkembangan filologi yang perlu dicatat. Kegiatan filologi bertambah ramai karena lembaga0lembaga itu memerlukan suntingan teks lama untuk bahan pelajaran. Mulai abad ke 19 ilmu bbahasa atau linguistik berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri, terpisah dari ilmu filologi. Pada abad ke 20 pengertian filologi di Eropa Daratan tetap seperti semula, ialah telaah teks klasik, sedangkan di kawasan Anglo-Sakson berubah menjadi linguistik.
Pada abad dinasti Abasiyah dalam pemerintahan kholifah Mansur (754-775), Harun Alrasyid (786-809), dan Makmun (809-833) studi naskah dan ilmupengetahuan Yunani makin berkembang, dan puncak perkembangan itu dalam pemerintahan Makmun. Di dalam istananya terkumpul sejumlah ilmuan dari negara  lain, mereka belajar ilmu geometri, astronomi. Teknik, dan musik. Mereka mendapat pelayanan yang baik, dibangunkan pusat studi yang diberi nama Bait al- Hikmah (lembaga kebijaksanaan) yang dilengkapi perpusktakaan dan observatorium. Pada waktu itu dikenal tiga penerjemah ternama, yaitu Qusta bin Luka, Hunanin bin Ishaq, dan Hubaisyiketiganya beragama nasrani.
 Bangsa-bangsa timur tengah memang dikenal sebagai bangsa yang memiliki dokumen lama yang berisi nilai-nilai yang agung, seperti karya tulis yang dihasilkan oleh bangsa Arab dan Persia. Sebelum kedatangan agam Islam, kedua bangsa ini telah memiliki karya sastra yang mengagumkan, yaitu dalam bentuk prosa dan puisi, misalnya Mu’allaqat dan Qasidah pada bangsa Arab. Setelah Islam berkembang, kegiatan meluas dikawasan luar negara Arab, serta mistik Islam nerkembang dengan maju di daerah Persia pada abad ke 10 hingga abad ke 13. Karya sastra mistik yang mashur misalnya, Mantiq al- Tair susunan Farid al-Din Al-Tar, Mathnawi I ma’nawi karya Jalal al-Din al-Rumi, Tarjuman al-Asywaq tulisan Ibn al-‘Arabi. Puisi-puisi penyair persia terkenal Umar Khayyam serta cerita Seribu Satu Malalm hingga saat  ini banyak dikenal di dunia Barat dan berkali-kali diterjemahkan dalam bahasa-bahasa Barat dan bahasa-bahasa Timur.
Kebudayaan India di daerah Gandhara membuktikan adanya pengaruh Yunani pada seni patung. Patung Budha yang ditemukan di daerah Gandhara dipahat seperti patung Apolio memakai jubah tebal. Perpaduan atara kebudayaan Yunani, Hindu, Budha, dan Jaina dinamakan kebudayaan Gandhara, dan kebudayaan ini mencapai puncaknya pada jaman raja Kaniska Kusana dalam tahun ke 78-100.filsafat Yunani diduga telah mempengaruhi sitem filsafat India Nyana dan Walsesika, dokrin Aristoteles telah mempengaruhi silogisme India, serta teori Atom Empedoeles berpengaruh pada hukum ataom di India.
Barulah ketika abad ke 16, hasrat mengkaji naskah-naskah Nusantara mulai timbul dengan kehadiran bangsa Barat. Nusantara adalah kawasan yang termasuk Asia Tenggara. Para pedagang adalah yang pertama mengetahui adanya naskah lama. Mereka menilai naskah-naskah lama itu sebagai barang dagangan yang mendatangkan untung besar. Seorag yang dikenal bergerak dalam usaha perdagangan naskah adalah Peter Floris atau Peter Willemsz van Elbinck yang pada tahun 1604 pernah ditinggal di Aceh.
Francois valentijn (166:1727) seorang pendeta yang datang ke Indonesia pada 1685 dan berpendidikan teologi dari Universitas Laiden  ditempatkan di kepulauan Maluku. Kesempatan tinggall di Indonesia diberbagai tempat memungkinkan untuk menulis beberapa aspek kebudayaan Indonesia dalam karangannya yang ensiklopedik berjudul Oud en Nieuw Oost Indien vervattende een nauwkenige en uilvoerige verhandilinge van Nederlanse mogentheyd in die gewesten (1726).
Suntingan naskah dengan metode kritik teks, yang banyak dilakukan pada abad ke 20 menghasilkan suntingan yang lebih mantap dibandingkan suntingan-suntingan sebelumnya. Terbitan jeniis ini banyak yang disertai terjemahan dalam bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman. Suntingan berdasarkan filologi tradisional ini antara lain Het Boek der Duizend Vragen oleh G.F Pijper (1924) berdasarkan naskah Hikayat Seribu Masalah, Shair Ken Tambuhan oleh Teeuw (1966), Hikayat Merong Mahawangsa oleh Siti Hawa Saleh (1970), Arjunawijaya oleh S. Supomo (1977), Jinanasiddanta oleh Haryati Soebadio.
Pada dekade berikutnya dilakukan penelitian dengan menggunakan analisis imtertekstual, misalnya analisis intertekstual terhadap Naskah Hikayat Merong Mahawangsa, oleh Hendrik M. Jan Maier berjudul Fragment Of Reading: The Malay Hikayat Merong Mahawangsa (1985). Disamping itu juga dilakukan penelitian yang menggunakan analisis resepsi, misalnya analisis resepsi terhadap naskah Kakawin Arjunawiwaha dikerjakan oleh I Kuntara Wiryamartama berjudul Arjunawiwaha: Transformasi Teks Jawa Kuna Lewat Tanggapan dan Panciptaan di Lingkungan Sastra Jawa (1987). Analisis resepsi terhadap Naskah Hikayat Iskandar Zulkarnain dikerjakan oleh Siti Chamamah Soeratno berjudul Hikayat Iskandar Zulkarnain: Suntingan Teks dan Analisis Resepsi (1988), dan analisis resepsi terhadap naskah Hikayat Meukuta Alam  Suntingan Teks dan Terjemahan Berserta Telaah Struktur dan Resepsinya.
Kegiatan filologi terhadap naskah-naskah Nusantara, telah mendorong berbagai kegiatan ilmiah yang hasilnya telah dimanfaatkan oleh berbagai disiplin, terutama disiplin himaniora dan disiplin ilmu-ilmu sosial. Semua kegiatan tersebut telah memenuhi tujuan ilmu filologi, ialah melalui telaah naskah-naskah dapat membuka kebudayaan bangsa dan telah mengangkat nilai-nilai luhur yang disimpan  didalamnya.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar